Semua
orang telah diracuni dengan percobaan untuk membangun realitas kedua
diatas realitas utama. Mahluk kecil belum bisa meyakinkan kejujuran
yang dibawanya. (Ocy Muhh)
Teory
kebohongan Goebbels benar adanya yang menjadikan banyaknya kaum
skeptis yang terlahir. Karena kejujuran dan kebohongan memakai jubah
yang sama dan susah dibedakan. Kebohongan berkamuflase seolah-olah
nampak seperti kujujuran. Kata penipu yang tertipu itu sudah tidak
mengherankan. Lelucon dianggap benar dan yang benar dianggap lelucon
itu juga sudah menjadi hal yang biasa. Sehingga kadang yang benar
memaklumi yang salah. Padahal kejujuran dalam etika adalah hal yang
baik dan sebaliknya.
Tapi
disisi lain ketika teriakan keras melawan kebohongan, ada situasi yang
memaksakan kebohongan itu muncul dan menjadi malaikat penyelamat.
Apakah kehidupan akan damai dan tentram tanpa ada kebohongan? ataukah,
kehidupan akan terasa sangat membosankan karena tidak ada lgi rahasia?
semuanya terungkap tak ada yang tertutupi.
Dalam
buku "The spirit of Islam" yang ditulis oleh Afif A. Tabbarah (Pakar
Muslim) "Berbohong tidak selalu buruk, ada kalanya dimana berbohong
lebih bermanfaat dan lebih baik bagi kesejahteraan umum dan
penyelesaian perkara. Menurut Nabi: 'Ia bukan orang curang (lewat
berbohong) kalau menyelesaikan perkara, mendukung hal-hal yang benar
atau mengatakan apa yang benar."
Kisah
lain saat perang di Mesir Juni 1967 dikalahkan Israel dan kehilangan
Sinai Peninsula dalam Perang Enam Hari. Saat itu Presiden mengumumkan
bahwa tahun ini adalah tahun perang, tapi satu tahun berlalu tidak ada
satu peluru pun yang ditembakkan. Padahal rakyat dan musuh menunggu
perang tersebut. Ternyata Presiden Mesir berbohong dan melanggar janji,
tapi dibalik itu semua strategi perang yang dilakukan Mesir saat itu
menggunakan elemen "surprise" sehingga musuh lengah dan bisa
dikalahkan. Ini artinya bahwa berbohong menjadi malaikat penyelamat.
Pertanyaan:
Apakah kebohongan itu tidak diperlukan?
Apakah kebohongan itu selamanya salah?
Apakah kebohongan itu dilarang?
Menurut
saya kejujuran dan kebohongan memiliki porsi kebenaran masing-masing.
Kebohongan itu terkadang diperlukan karena tidaklah selamanya salah dan
dilarang. Sebagaimana dasar falsafah yang diungkap dalam Agama Islam.
Dari Ummu Kultsum RA ia berkata:”Saya tidak pernah mendengar Rasulullah
SAW memberi kelonggaran berdusta (berbohong) kecuali dalam tiga hal:
Orang yang berbicara dengan maksud hendak mendamaikan, orang yang
berbicara bohong dalam peperangan dan suami yang berbicara dengan
istrinya serta istri yang berbicara dengan suaminya (mengharapkan
kebaikan dan keselamatan atau keharmonisan rumah tangga)”. (HR. Muslim)
Yang
menjadi persoalan ketika manusia berani berbohong karena menurutnya
itu benar tapi sifat kebenaran yang diyakininya subjektif bukan
objektif. Seperti realitas di Negaraku tercinta INDONESIA yang di
penuhi oleh koruptor-koruptor bejat yang secara kolektif membangun
realitas kedua sehingga realitas utama tertutupi. Susah mengenali
kebenaran karena kebohongan sudah diyakini sebagai layaknya kebenaran
itu sendiri. Seperti kata Goebbels "Kebohongan yang diulang-ulang akan
dianggap sebagai kebenaran".
Sekian...!!
Kejujuranku
mungkin tak ada lagi artinya.. Kesalahan masa lalu yang membuatnya
ragu.. Tiada guna memaksanya untuk percaya.. Aku hanya berusaha berbuat
jujur hingga kamu terbangun dalam tidurmu. (Ocy Muhh)
0 komentar:
Post a Comment